Pasar Agama

Pasar Agama

Pembaca sekalian, perkenalkan namaku Andi van Wallen. Umurku 22 tahun, dan sekarang belajar di salah satu universitas ternama di Amsterdam. Bapakku orang Belanda, seorang direktur di sebuah perusahaan farmasi.
Ibuku orang Ambon, yang sudah sejak tahun 60-an telah menetap di Belanda. Secara resminya aku masih menjadi bagian dari agama Kristen.

Tetapi sebagaimana mayoritas orang Kristen di negeri ini, mereka datang ke gereja Cuma tiga kali seumur hidup mereka, sewaktu lahir (baptis), sewaktu menikah, dan sewaktu meninggal.

Read More

Liburan sekolah ini aku bingung mau kemana, aku sudah bosan sebenarnya tiap tahun pergi ke Ibiza, St. Tropez, Costa Brava, ataupun Texel. Semakin lama koq kurasakan agak monoton, berkumpul beramai-ramai dengan
kawan2ku, minum bir, bergoyang semalam suntuk, flirting, dan akhirnya one night stand.

Memang menyenangkan, tapi kurasa tahun ini aku membutuhkan sesuatu yang lain. Perjalanan fisikku kurasa sudah cukup, negeri ini membolehkanku untuk bereksperimen dalam sex dan cinta.

Tapi kurasa ada yang kadang salah dalam hal itu, maksudnya bahwa sex itu banyak dijadikan tujuan, dan bukannya alat dalam mencapai kebahagiaan.

Untung aku tidak menjadi salah satu yg salah kaprah itu, dan kuputuskan mengakhiri petulangani karena kurasa sudah cukup. Yang pasti, aku menjadi ingin tahu hal-hal lain yang selama ini tidak kuketahui.

Akhir2 ini, banyak kejadian yang menyentakkan hatiku, semakin banyak dijalan2 wanita2 yang menutupi seluruh tubuhnya bahkan sampai mukanya, Theovan Gogh dibunuh di tepi jalan dengan tusukan2 mematikan, anak muda teriak-teriak di depan Central Station menganjurkan orang untuk kembali kepada Tuhan Yesus. Semua itu katanya orang-orang demi agama.

Maka liburan ini aku sudah mantap untuk pergi ke pasar agama. Aku ingin mengetahui apa saja yang ada di sana, sehingga siapa tahu aku bisa membeli salah satu diantaranya. Paling tidak aku ada pegangan, kalau-kalau aku terjerembab dalam depresi atau kesulitan. Katanya orang-orang sih paket2 yang ditawarkan oleh stan2 agama itu tidak ada yang mahal, semuanya murah-murah. Hanya yang pasti ketika sudah membeli paket, biasanya persyaratannya adalah untuk memakai paket yang kita beli untuk selamalamanya.

Di depan pasar, aku sudah langsung terkagum-kagum. Pasar ini sangat ramai, jauh lebih ramai dari segala pasar yang pernah aku temui. Bahkan di tengah keramaian itu, semakin banyak pula yang datang tiap waktunya, yang
berbarengan dengan aku saja, yang kebetulan satu tram, serombongan besar pemuda-pemudi berpakaian modis. Dan tram-tram ini datang tiap 5 menit sekali dari pagi buta sampai menjelang malam. Dan yang juga aku heran, jarang orang yang meninggalkan pasar itu, sehingga aku yakin, hari ini pasti pasar akan penuh sesak oleh manusia-manusia dari segala penjuru.

Aku segera merasuk di antara orang-orang yang ada dipasar itu. Aku agak hati-hati dengan menempatkan dompetku di saku depan, karena pasar ini sangat terkenal dengan keganasan pencopetnya.

“ Yahudi, saudara2 sekalian. Umat2 terpilih, satu2nya umat dimana Tuhan mendelegasikan wewenangnya dan sebagian besar kebijaksanaannya. Tapi maaf saudaraku, hanya yang berdarah Yahudi yang bisa memeluk agama ini.

Syaratnya cukup berat saudara untuk menjadi Yahudi, makanan anda harus semua kosher, semua ritual2 harus terlaksana mulai dari bar mitzwah sampai Hanukah.“

“Kristen, Kristen, hayo bapak ibu dan saudara2 sekalian, belilah agama Kristen. Beli Kristen dapat hadiah, surga yang nikmat dan indah. Kristus telah digantung di atas tiang salib, demi menebus dosa kita, dosa turunan
dari Bapak dan Ibu kita, Adam dan Hawa. Menjadi Kristen gampang sekali saudara2 sekalian, ada dua paket utama : Protestan dan Katolik, tapi kami juga menawarkan paket2 kecil lain. Jangan khawatir, paket ini jumlahnya
ada ribuan, dari Mormon, Scientology, Advent, sampai Yehova. Semua hadir untuk anda, wahai gembala2 Tuhan yang terkasih.”

“Islam, Islam, hayo saudara2 sekalian. Belilah paket Islam yang lengkap dan sempurna. Paket Islam adalah rahmat bagi semesta alam, paket lengkap yang membahagiakan seluruh makhluk hidup dari malaikat hingga manusia. Paket Islam tidak banyak2, hanya ada tiga jenis paket besar : Sunni, Syiah, dan Ibadi. Hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat, Islam anda sudah syah. Tapi ingat saudara2, anda tidak boleh makan babi, Tuhan
melarangnya. Yang perempuan juga harus pakai jilbab, demi menjaga kehormatan.’

‘Jaini, Jaini, agama yang telah menjadi inspirator utama seorang pahlawan kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah. Jaini saudaraku, dengan ahimsanya, telah menghasilkan Gandhi, Nelson Mandela, dan Martin Luther King. Kita harus meninggalkan keduniawian saudaraku, karena keduniawian membuat kita tidak bahagia. Semua makhluk berhak hidup, oleh karena itu tidak satupun dari kita punya hak untuk melukai makhluk-makhluk hidup itu.’

Wah, wah , tawaran paket yang macam-macam. Aku sampai bolak-balik untuk melihat-lihat dan mendengar ocehan para penjual itu. Akumendengarkan dengan seksama, kadang2 sampai hampir satu jam aku berada di satu stan. Cukup menyenangkan ternyata berada di antara penjualpenjual itu. Taktik marketing yang agresif persuasif ternyata sangat menarik bagi sebagian besar pengunjung pasar ini. Bahkan untuk membeli paket,
mereka terpaksa harus antri berlama-lama.

“ Hindu, Hindu, mari2 bapak2, ibu2, adik2 sekalian. Paket Hindu adalah paket lepas yang sangat flexibel, masing2 akan melekat menjadi satu kesatuan. Tuhan adalah satu, tapi mengejawantah dalam trinitas Brahma, Syiwa dan Wisnu, tapi anda boleh menyembah ratusan ribu tuhan kecil dan dewa2 sesuai dengan keinginan anda. Sapi adalah representasi dari ibu segala ibu, dan karena itu kita tidak boleh menjadikannya santapan. ‘

Wah wah, asyik juga agama Hindu ini. Kalau umat Yahudi tadi umat dipilih Tuhan, di Hindu, umat yang malah memilih Tuhan. Aku terus saja berjalan, orang2 lalu lalang bertransaksi, stan yang paling rame ternyata stan Kristen dan Islam, gile bener, sampai antriannya panjang gak ketulungan. Stan Hindu juga cukup panjang, tapi aneh juga yang antri di stan Hindu ini kebanyakan semua orang2 kumuh berkulit gelap.

Lama juga aku berjalan bolak-balik di pasar. Aku coba banding2kan harganya, kelengkapan paketnya, keindahan bungkusnya, dan sebagainya. Semua bilang yang baik2 sih, yang nomer satu, kayak jualan kecap. Mana
mau ada yang ngaku kecap nomer 2.

Liburan sehari yang menyenangkan tapi sekaligus membingungkan. Aku bingung, Tuhan yang bernama Allah ketakutan sama babi, yang bernama Widi Wasa ketakutan sama sapi. Tuhan yang bernama Waheguru melarang
pembunuhan binatang, semutpun dilarang, yang bernama Allah malah menganjurkan membunuh kambing, sapi, dan unta, jutaan ekor setiap tahunnya menemui ajal karena perintah itu. Mayoritas stan mengklaim membawa produksi Tuhan, tapi ada dua stan yang menurutku aneh, stan Budha dan Jaini. Dua stan ini tidak menyebut nama Tuhan sama sekali, malah stan Jaini mengingkari adanya Tuhan, menganggap Tuhan malah
hanya banyak menimbulkan masalah daripada memecahkan masalah.

Mayoritas stan bilang, Tuhan semua manusia itu satu, tapi kalau satu kenapa perintahnya lain-lain. Kalau namanya lain sih gak masalah, karena itu hanya masalah bahasa, tapi kalau perintahnya lain, itu yg aneh. Ataukah Tuhan sekarang juga plin-plan gak punya pendirian, wah gak tau juga. Tuhan mungkin juga terjebak dalam pragmatisme oportunistis ala politikus.

Sewaktu aku lagi asyik-asyiknya bermain dengan pikiranku sendiri memikirkan keanehan-keanehan itu, tiba-tiba terdengar suara teriakanteriakan. Ada banyak suara wanita dan anak-anak minta tolong. Tak lama kemudian terdengar suara tembakan, dar der dor. Orang-orang berhamburan lari kemana-mana, dan suara raungan mobil polisi juga tak ketinggalan menambah kebisingan dan kericuhan suasana.

Tapi dasarnya aku tak terlalu takut dengan keributan, sudah terbiasa demonstrasi dan juga sekaligus terbiasa dikejar-kejar tentara dan polisi. Aku mendekati arah dari teriakan-teriakan itu. Di kerumunan itu aku menyeruak,
langsung kumulai mencium bau anyir darah, dan tak lama kemudian kulihat beberapa orang tergeletak berlumuran darah. Sementara kerumunan mengelilingi mereka, tanpa berani mencoba menjamah orang-orang yang bergelimpangan itu. Mereka rupanya masih menunggu polisi yang memang sudah terdengar sirinenya. Tetapi tiba-tiba dari arah berlawanan denganku seseorang dengan peci dan jubah putih, ke tengah dan menuding-nuding.

‘Kalian orang-orang kafir, kalian telah membunuh saudara-saudara kami. Kaum Yahudi dan Kristen keparat, kalian tidak akan pernah berhenti mengganggu kami sampai kami lenyap dari muka bumi.’

Aku segera melihat ke sekeliling, aku lihat memang banyak diantara yang bergelimpangan itu sepertinya sepaham sama bapak yang menuding-nuding itu. Tiba-tiba dorrrrrrrrrr, bapak yang di tengah2 kerumunan itupun roboh dengan darah di pelipisnya. Sepertinya sebutir peluru telah menembus batok kepalanya.

Aku jadi ketakutan sendiri, secepat kilat aku segera menyingkir dari situ, mencari aman pikirku, daripada malah bisa jadi tersangka disaat diriku tidak tahu apa-apa. Tidak biasanya aku ketakutan seperti ini, tapi karena mungkin kali ini musuhnya tidak jelas, kalau aku demonstrasi musuhnya biasanya jelas, pemerintah dan militer.

Aku segera beralih ke bagian pasar yang agak jauh, dengan sedikit berlari aku ingin segera menjauh dari tempat kericuhan tadi. Terengah-engah aku, tapi ternyata aku salah, di bagian lain juga sedang terjadi keributan. Kali ini
keributan terjadi di stan Kristen, tapi yang aneh justru keributan itu diantara mereka sendiri. Antara yang menjual paket saling bersaing, mungkin karena paket yang ditawarkan terlalu banyak, sehingga menimbulkan persaingan
yang tidak sehat. Aku segera berlari lagi, untung di sebelah sana kulihat pintu keluar dari pasar. Segera kumenuju kesana. Setelah sampai di pintu keluar, dengan gontai aku pergi menjauh dari pasar. Liburan yang awalnya
menyenangkan berubah menjadi mengerikan, aku telah menjadi saksi penjagalan manusia oleh manusia lainnya.

Demikianlah pembaca, pengalamanku selama liburan musim panas kemarin. Sekarang Amsterdam sudah mulai hujan, dan sebentar lagi akan musim gugur. Aku memang tidak jadi membeli paket apapun selama jalan2 di pasar itu, tapi aku hanya berharap semoga keributan di pasar itu berhenti.

oleh (muhammad amin)

Jika anda ingin memuat tulisan di blog ini, silahkan kirimvia email: [email protected], semua tulisan yang masuk akan di seleksi terlebih dahulu.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment